Mengapa Serial Live Action One Piece Lebih Baik Tidak Meniru Animenya

Pertanyaan paling umum yang ditanyakan penggemar One Piece tentang adaptasi serial live action One Piece adalah mengenai ketidaksesuaian jalan cerita dengan sumbernya. Bukan hanya itu, hal lain yang menjadi perhatian adalah keakuratan karakter.

Sulit untuk menemukan kemiripan yang tepat untuk karakter yang digambar tangan, Oleh karena ini, membuat seseorang agar mirip dengan mengenakan pakaian yang sama adalah solusinya. Setelah itu para aktor tinggal menampilkan dialog yang muncul di anime dan manga.

Sayangnya, pada live-action One Piece, banyak kecewa dengan banyaknya perubahan. Meski penampilan bisa dikesampingkan, tetapi cara mereka berbicara dan bertindak sangat berbeda dari materi sumbernya.

Tapi, apakah perubahan ini buruk?

Mereka mungkin mengambil sesuatu dari karakternya di komik atau anime, tapi mereka juga menambahkan sesuatu yang baru. Menyebut perubahan ini buruk karena menjadi berbeda tidaklah tepat.

Penting untuk memahami mengapa perubahan tersebut dibuat dan bagaimana perubahan tersebut memengaruhi karakter dan alur cerita mereka.

Perbedaan Live-Action One Piece dengan Anime

Karakter Monkey D Luffy menerima salah satu perubahan utama. Kapten Topi Jerami dapat digambarkan sebagai seorang pemuda dengan impian besar dan cinta petualangan. Sifat kekanak-kanakannya membuat ia sering melakukan tindakan yang naif atau bodoh.

Meskipun ada saat di mana dia mengatakan atau melakukan sesuatu yang cerdas (terutama mengenai empati dan perkelahian), tetapi momen-momen tersebut disimpan untuk adegan yang lebih serius.

Untuk menggambarkan sifat-sifat ini dengan baik di anime, dia dibuat dengan energik, dan suka bertindak serta berbicara sembarangan. Namun, Luffy yang diperankan IƱaki Godoy adalah kebalikan dari anime.

Baca juga  Selain One Piece, Ini Live-Action Keren yang Diadaptasi dari Anime

Ada kalanya Luffy menjadi hiperaktif seperti anak kecil, tetapi seringkali, dia menjadi ketenangan dan dewasa sesuai rentang usianya.

Mackenyu menurunkan ketenangan Zoro. Hanya saja di dalam anime ataupun manga Zoro juga sering melakukan candaan bersama kru lainnya. Sayangnya ketika diperankan oleh Mackenyu, Zoro terlihat selalu serius.

Emily Rudd fokus pada sisi Nami yang terpuruk karena masa lalunya yang tragis. Dalam anime, Nami menyembunyikan sisi gelap dan nakalnya melalui penampilan lucu seorang gadis cantik, bahkan setelah dia resmi menjadi anggota setia Bajak Laut Topi Jerami.

Penampilan Rudd mungkin untuk memunculkan Nami yang lebih kuat dan mandiri yang tidak harus bergantung pada tipu muslihat feminim untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Usopp karya Jacob Romero mirip dengan rekan animenya. Dia memiliki kecintaan yang sama terhadap petualangan seperti Luffy (yang membuat mereka semakin dekat). Namun dia juga memiliki perubahan yang mencolok. Salah satunya, dia tidak begitu takut dengan berbagai hal seperti anime.

Taz Skylar fokus menangkap sisi ramah tamah Sanji. Dia tidak terlalu menyukai gadis seperti di anime, tapi dia tetap memberi para gadis perlakuan khusus. Dia juga lebih akur dengan Zoro dibanding versi aslinya.

Pemeran lainnya memainkan karakter mereka dengan cara yang hampir sama. Mereka memiliki beberapa keeksentrikan karakter yang penuh gairah, sayangnya hal itu justru membuat karakter yang diperankan menjadi tidak mirip. Bahkan, terkadang mereka tampil dengan penampilan yang lebih berlebihan dibandingkan dengan pemeran utamanya.

Mengapa Serial Live Action One Piece Sangat Berbeda dengan Anime dan Manga

One Piece mememiliki ciri sikap setiap karakter yang berlebihan. Estetika kartun, pertarungan manusia super, skala dunia yang sangat besar, dan reaksi emosional unik terlihat jelas di One Piece.

Baca juga  Loki Musim 2: Mungkinkah Loki Kembali Menjadi Jahat Lagi?

Namun, dunia serial live-action yang lebih realistis mengharuskannya untuk mengikuti logika kehidupan nyata daripada materi sumbernya. Ada kemungkinan untuk membuat live-action terlihat kartun, tapi bukan itu maksud dari seri ini.

Para aktor kemungkinan besar bisa menirukan karakter anime dengan sempurna jika diminta. Namun, mereka malah menampilkan penampilan yang sesuai dengan versi cerita yang mereka jalani. Mereka melakukan hal-hal seperti anime hanya sesuai kebutuhan.

Inti dari adaptasi adalah reinterpretasi. Ini adalah kisah klasik dengan cara baru yang menyegarkan namun tetap akrab. Kesuksesan bergantung pada kemampuannya mempertahankan sesuatu dari sumbernya sambil melakukan perubahan yang diharapkan. Meskipun akan selalu ada penggemar yang lebih menyukai versi aslinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5 Komentar